时间:2025-06-14 10:49:06 来源:网络整理 编辑:知识
Warta Ekonomi, Jakarta - Nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS quickq苹果版
Nilai tukar rupiah ditutup menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (11/6/2025), di tengah pelemahan indeks dolar dan sorotan pasar terhadap dinamika kebijakan tarif perdagangan AS serta perbedaan metodologi pengukuran kemiskinan antara Bank Dunia dan Badan Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan data pasar, rupiah menguat 16 poin ke level Rp16.258 per dolar AS, setelah sempat terapresiasi hingga 25 poin pada sesi sebelumnya. Meski demikian, analis memperkirakan pergerakan rupiah pada Kamis (12/6/2025) akan tetap fluktuatif dalam rentang Rp16.250 hingga Rp16.300 per dolar AS.
Pelemahan dolar AS dipicu oleh keputusan pengadilan banding di AS yang membatalkan putusan sebelumnya terkait blokade tarif, sehingga tarif era pemerintahan Donald Trump kembali diberlakukan. Putusan ini memperkuat sinyal berlanjutnya kebijakan proteksionisme dagang AS, meskipun Washington dan Beijing telah menyatakan mencapai kerangka kerja untuk meredakan ketegangan perdagangan.
Baca Juga: Dolar AS Loyo, Rupiah Tipis Naik! Trump Digoyang Tarif, Pasar Cemas Data Ketenagakerjaan
Namun, pelaku pasar masih menanti rincian lebih lanjut dari kerangka kerja tersebut, yang disebut-sebut mencakup isu ekspor tanah jarang dan pembatasan ekspor chip yang sebelumnya menjadi sumber ketegangan antara kedua negara.
Sementara itu, pelaku pasar juga mencermati data inflasi konsumen (CPI) AS yang akan dirilis hari ini. Inflasi Mei diperkirakan tetap tinggi akibat tekanan harga dari tarif impor dan gangguan rantai pasok global. Kondisi ini berpotensi memperkuat sikap The Federal Reserve untuk menahan suku bunga tetap tinggi dalam waktu lebih lama.
Dari sisi domestik, isu kemiskinan menjadi sorotan setelah rilis data perbandingan antara standar Bank Dunia dan BPS. Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengingatkan pentingnya kehati-hatian dalam menafsirkan angka kemiskinan berdasarkan standar global.
“Bank Dunia menggunakan pendekatan purchasing power parity (PPP), sedangkan BPS mengukur kemiskinan berdasarkan kebutuhan dasar yang lebih mencerminkan pola konsumsi masyarakat Indonesia,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Rabu (11/6/2025).
Baca Juga: Rupiah Terkoreksi, Pasar Ragukan Efektivitas Stimulus Ekonomi
Ia menekankan bahwa standar global tidak bisa langsung diterapkan tanpa mempertimbangkan konteks lokal. Berdasarkan data BPS per September 2024, tingkat kemiskinan nasional sebesar 8,57 persen atau sekitar 24 juta jiwa. Namun, dengan standar kemiskinan menengah atas Bank Dunia sebesar US$6,85 PPP per hari (PPP 2017), sekitar 60,3 persen penduduk Indonesia masuk kategori miskin—bahkan bisa lebih tinggi jika menggunakan PPP 2021 yang merevisi batas menjadi US$8,30.
“Perbedaan ini bisa menimbulkan persepsi keliru jika tidak dikomunikasikan secara tepat,” ujarnya.
Ia menilai bahwa meskipun rupiah menunjukkan sentimen positif jangka pendek, tekanan dari eksternal masih tinggi, terutama dari arah kebijakan The Fed dan perkembangan hubungan dagang AS-Tiongkok.
Wujudkan Usaha Berdaya Saing Lewat Kolaborasi di DSC Season 162025-06-14 10:17
SAMONO Raih Penghargaan Superbrands 20242025-06-14 10:17
Rasanya Enak, Tapi Waspada Efek Samping Makan Singkong Rebus Ini2025-06-14 10:14
Rekomendasi 5 Hotel Tarif Rp400 Ribuan di Jakarta, Ada Kolam Renangnya2025-06-14 09:53
Siloam Hospitals (SILO) Targetkan Pembukaan 4 Rumah Sakit Baru di 20252025-06-14 09:18
NU Terdepan untuk Koperasi Syariah di Indonesia2025-06-14 09:18
PAN Deklarasikan Dukungan kepada Anies2025-06-14 08:57
Diagnosis Masalah Otak dengan DSA Cerebral di Mayapada Hospital2025-06-14 08:49
Gamblang! Ini 4 Kengerian Jika Pemilu 2024 Gagal Dilaksanakan, Kapolri: Perpecahan Anak Bangsa!2025-06-14 08:42
Saksi Fakta Ahok Dinilai Tidak Independen dalam Kesaksian2025-06-14 08:33
Ajukan Praperadilan Dua Kali, Firli Dicurigai Ulur Waktu2025-06-14 10:32
Tak Berizin, Pembangunan Tower BTS di Buaran Indah Tangerang Disetop2025-06-14 10:29
Muncul Siklon Tropis Trami, BMKG Ungkap Cuaca Panas di Bulan Oktober 20242025-06-14 10:16
FOTO: Benteng Keraton Kesultanan Buton Terluas, Masuk Buku Rekor Dunia2025-06-14 10:05
Jokowi Ketar2025-06-14 09:14
6 Kebiasaan Warga Jepang yang Bikin Panjang Umur, Duduk Harus Tegak2025-06-14 09:03
Tok! DPR RI Resmi Miliki 13 Komisi di Periode 20242025-06-14 08:37
VIDEO: Moo Deng Makin Viral, Versi Makanan dan Mainan Bermunculan2025-06-14 08:17
Jababeka (KIJA) Amandemen Fasilitas Pinjaman dengan Bank Mandiri2025-06-14 08:03
Tok! DPR RI Resmi Miliki 13 Komisi di Periode 20242025-06-14 08:02