会员登录 - 用户注册 - 设为首页 - 加入收藏 - 网站地图 UNICEF: 2024 Salah Satu Tahun Terburuk dalam Sejarah bagi Anak!

UNICEF: 2024 Salah Satu Tahun Terburuk dalam Sejarah bagi Anak

时间:2025-05-31 08:07:01 来源:quickq最新官方下载苹果 作者:娱乐 阅读:427次
Jakarta,quickq会员 CNN Indonesia--

Sekitar 473 juta anak, atau lebih dari satu dari enam anak, diperkirakan tinggal di daerah konflik di seluruh dunia, menurut badan anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNICEF.

Berdasarkan data UNICEF pada tahun 2023 sendiri, populasi anak di dunia yang berusia di bawah 18 tahun adalah sebanyak 2,4 miliar.

UNICEF: 2024 Salah Satu Tahun Terburuk dalam Sejarah bagi Anak

UNICEF: 2024 Salah Satu Tahun Terburuk dalam Sejarah bagi Anak

Pernyataan UNICEF sendiri muncul pada hari Sabtu (28/12) ketika konflik terus berkecamuk di seluruh dunia, termasuk di Gaza, Sudan, dan Ukraina, di sejumlah tempat-tempat lainnya.

UNICEF: 2024 Salah Satu Tahun Terburuk dalam Sejarah bagi Anak

ADVERTISEMENT

UNICEF: 2024 Salah Satu Tahun Terburuk dalam Sejarah bagi Anak

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilihan Redaksi
  • 7 Bahaya Anak Tidak Vaksin, Rentan Sakit Berat hingga Fatal
  • Hari Anak Sedunia 2024, Lebih Mendengar Harapan Anak untuk Masa Depan
  • Fenomena Fatherless di Indonesia, Bagaimana Solusinya?

Menurut Russell, seorang anak yang tumbuh di zona konflik lebih mungkin putus sekolah, kekurangan gizi, atau dipaksa meninggalkan rumah mereka dibandingkan dengan anak yang tinggal di tempat tanpa konflik.

"Ini tidak boleh menjadi normal baru. Kita tidak bisa membiarkan satu generasi anak-anak menjadi korban perang dunia yang tak terkendali," kata direktur tersebut.

Persentase anak-anak yang tinggal di daerah konflik telah berlipat ganda, dari sekitar 10 persen pada tahun 1990-an menjadi hampir 19 persen saat ini, kata UNICEF.

Menurut laporan tersebut, 47,2 juta anak mengungsi karena konflik dan kekerasan pada akhir tahun 2023.

Tren untuk tahun 2024 menunjukkan peningkatan lebih lanjut dalam pengungsian karena berbagai konflik telah meningkat, termasuk di Haiti, Lebanon, Myanmar, wilayah Palestina, dan Sudan.

Selain itu, dalam data terbaru yang tersedia, dari tahun 2023, PBB memverifikasi rekor 32.990 pelanggaran berat terhadap 22.557 anak, jumlah tertinggi sejak pemantauan yang diamanatkan Dewan Keamanan PBB dimulai, menurut UNICEF.

Ada tren peningkatan keseluruhan dalam jumlah pelanggaran berat, dengan tahun ini kemungkinan akan terjadi peningkatan lagi, karena menurut UNICEF, ribuan anak telah terbunuh dan terluka di Gaza, dan di Ukraina.

Laporan UNICEF juga menyebut kekerasan seksual terhadap anak-anak telah melonjak, pendidikan mereka telah terpengaruh, tingkat kekurangan gizi anak-anak telah meningkat dan konflik bersenjata telah berdampak lebih besar pada kesehatan mental anak-anak.

"Dunia mengecewakan anak-anak ini. Saat kita melihat ke tahun 2025, kita harus berbuat lebih banyak untuk membalikkan keadaan dan menyelamatkan serta meningkatkan kehidupan anak-anak," kata Russell.

(wiw)

(责任编辑:时尚)

相关内容
  • Di Balik 3 Harimau Mati: Medan Zoo Utang Pakan Satwa, Staf Tak Digaji
  • Mas Dhito Dukung Penyandang Tuna Netra Wujudkan Mimpi ke Perguruan Tinggi
  • FOTO: Menyelami Keindahan Relief Candi Prambanan
  • Sosok Kombes Ahrie Sonta Diajukan Polri Jadi Bakal Calon Ajudan Presiden Prabowo
  • Termahal, Durian Musang King Terjual Sampai Rp618 Juta
  • 1 Tahun Whoosh Beroperasi, Menhub Budi Karya Harap Jangkauan Lebih Luas
  • Pemprov DKI Gelar Rapat Penanganan Korban Kebakaran di Kemayoran
  • Wapres Gibran Tinjau Proyek JSDP WIKA, Tekankan Rampung Tepat Waktu dan Berualitas Terbaik
推荐内容
  • Bahlil Tegaskan Beli Gas LPG 3 Kg di Pengecer Harus Pakai KTP
  • Pendidikan era Prabowo Fokus ke Bidang STEM, Siswa Diajari Matematika sejak TK?
  • Jastiper Ramaikan Pop
  • KPU Jakut Mulai Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara Pilgub Jakarta
  • 3 Manfaat Makan Ceker Ayam, Jadi Kolagen Alami buat Kulit Awet Muda
  • Perkuat Kerja Sama di Tim, Prabowo Beri Pembekalan Calon Anggota Kabinet